Beranda Affi Raish

affiRaish-friends

affiRaish-friends
MA YPI CIWANGI

Kamis, 23 September 2010

Mau Gaul tapi NGAMPUNG

Pubertas memang sudah menjadi kelaziman bagi setiap remaja. Apalagi yang baru masuk SMA, wuuuw.... tingkahnya, sikapnya, sifatnya, cara berpikirnya, cara berpenampilannya akan berubah secara drastis. Itu menurut tingkat survei yang dilakukan di hampir setiap sekolah menengah atas di daerah Jawa Barat, mungkin se-Indonesia.

Secara psikologi, tidak jarang dari mereka – remaja – yang bertingkah tidak karuan karena ingin dibilang hebat oleh orang lain, khususnya teman-teman sebayanya. Dan mereka juga cenderung ingin dibilang gaul, meskipun gaya mereka menyalahi aturan. Kalau tidak menuruti zaman, dibilangnya kuper – kurang pergaulan – kalau menuruti zaman sekarang, 2010 dan trendnya, dibilang banyak gaya. Itulah pendapat setiap orang, mungkin ada yang bilang gaul itu keren, bergaya sesuai dengan zamannya, memang boleh bahkan bagus, tapi harus disesuaikan dengan tempatnya. Betul? Hehehe.... J

Itulah yang terjadi di sekolah tempat Alika belajar, rata-rata semua siswa berpenampilan sok gaul, padahal nora. Itulah pikirnya. Alika memang cenderung orang yang tidak suka dengan orang yang banyak gaya, gaul memang oke tapi harus ada tempatnya. Di sekolahnya, Alika berperan sebagai seorang sekbid keamanan. Pekerjaannya ya ngekritik penampilan, khususnya penampilan siswi karena cenderung tingkah pubertas – dalam hal penampilan - siswi lebih menonjol.

“Dasar, mau ngota tapi kampungan.” Celetuk Alika pada temannya, Vey.

“Hiiihh... jadi muak liat mereka.” Balas Vey sembari masih melihati dua orang siswa baru yang tingkahnya sudah sangat kelewatan, itulah pendapat Alika dan Vey.

Kedua siswa baru itu adalah Eza dan Gebi. Tingkahnya sangat kelewatan, penampilannya aneh dan membuat teman-teman sekelas Alika merasa risi melihatnya. Dengan gaya rok yang dari panjang menjadi pendek – dipotong, - make-up yang berlebihan, ditambah dengan kelakuan mereka yang hampir di luar batas kesopanan.

Awalnya Alika memang berpikir kalau apa yang mereka lakukan itu adalah sebuah kewajaran, naik tingkat dari SMP ke SMA. Ya, maklum saja kalau mereka merasa ingin lebih unggul dari teman-temannya yang lain, karena pada saat masuk SMA pun Alika merasakan hal yang sama seperti Eza dan Gebi. Namun, setelah diikuti, tingkahnya semakin hari malah semakin aneh. Mulai dari penampilan yang seperti ke kondangan, sampai dari tingkah laku mereka yang sangat centil dan arogan.

*

Pada saat jam istirahat, Vey dan Alika keluar kelas menuju kantin sekolah, kebetulan anak dua itu sedang nongkrong di depan kantin. Celetuk Vey berkata pada mereka, “lah, gak punya yang lain tuh sepatunya?!” Tukas Vey sembari menyindir.

Dari seberang Eza menjawab dengan nada menyebalkan, “gak punya.”

“Hhmm.... apa gak ada sepatu yang lebih mahalan dikit?!” Ujar Alika sembari tersenyum sinis menatap mereka – Eza dan Gebi. –

“Huh, dasar anak kampungan, pengen gaya tapi ketinggalan zaman.” Ujar Alika ketika sudah berada di kantin. Vey pun hanya membalasnya dengan tertawa dan masih mendelik sinis kedua siswa baru itu.

“Vey, kayaknya kita udah harus menindaklanjuti kasus ini deh. Ini tuh udah kelewatan, mereka udah kita kasih tahu berapa kali coba?! Tapi tetep aja keras kepala. Dibilangin gak boleh pake sepatu gitu, malah terus aja dipake. Dasar koprol!” Alika rupanya masih sangat kesal dengan kejadian tadi, saat dia dan Vey menyindir mereka di depan kantin.

“Ah, dasar gak tahu malu. Muka tembok.” Ujar Vey dengan mimik muka menyeramkan. “Ka, gue udah punya rencana, gimana kalau nanti kita laporin langsung ke guru BP, biar sekalian dihajar. Soalnya kalau kita ngandelin OSIS bawaannya malah makin kesel.” Lanjutnya.

“Sip, mau kapan?” Tanya Alika dengan nada pasti.

“Besok.” Jawab Vey tegas.

Keesokan harinya, Vey dan Alika datang menemui Bu Farida yang notabene adalah guru BP di sekolah. Bu Farida terkenal guru paling tegas kalau berbicara masalah penampilan dan kesopanan. Dan ini adalah kesempatan mereka untuk mengadu langsung perihal masalah pubertas Eza dan Gebi yang keterlaluan.

Pada saat menceritakannya, Bu Farida menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ya ampun, masih ada anak kayak gitu di zaman sekarang.” Ujarnya.

“Yah bu, ini sih wajar, namanya juga trendy 2010, tapi yang gak wajarnya tuh karena mereka berlebihan. Pubertas mereka akan sangat membahayakan anak-anak yang lain, Bu. Takutnya anak-anak, khususnya putri akan meniru gaya mereka yang kita pandang tidak ada tata kramanya.” Jelas Alika panjang lebar.

“Ya, Ibu paham. Nanti jam istirahat kalian panggil mereka berdua ke kantor BP, sekarang Ibu yang akan turun tangan.” Alika dan Vey pun saling menatap dan tersenyum.

Akhirnya, pada jam istirahat Eza dan Gebi dipanggil ke kantor BP menemui Bu Farida, mempermasalahkan pubertas mereka yang kelewatan. Alika dan Vey mengintip dari sela jendela yang sedikit terbuka. Dan mereka tertawa melihat anak dua bermasalah itu menunduk sambil memasang muka shock.

Finally, Eza dan Gebi pun terancam di skor kalau penampilan dan tingkah laku mereka masih di luar batas tata krama dan aturan sekolah. Huh, skor empat hari. Wah, lumaian... dan itu membuat Alika dan Vey merasa sangat bahagia, akhirnya virus-virus sekolah itu disidang guru BP.

Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

abis baca2 , comment yaa... amaL loch ^_^